Info
Tulisan oleh Gracea Vebby (Gea), 18 th.; Ilustrasi/Wallpaper oleh Heri Kurniawan, 21 th*
Teman2 KAMU yang terkasih..
Kita sebagai kaum muda yang merupakan generasi penerus Gereja harus berani
menjadi terang dan garam dunia. Tentunya dalam porsi kita masing2. Setiap kita
memiliki talenta yang berbeda-beda. Bapa telah mengaruniakan dan membekali
anak-anaknya dengan kemampuan yang beragam, dengan maksud agar kita
mengembangkannya, seperti perumpamaan tentang talenta dalam Injil Matius
(Mat. 25:14-30).
Dalam pelayanan kita, kita tidak harus menjadi matahari yang gagah dan mampu
menyinari setiap penjuru dunia. Cukuplah menjadi lilin kecil yang rela meleleh
untuk menerangi ruang yang gelap dan kosong.
Beberapa dari antara kita mungkin ada yang berpikiran, “Untuk apa aku
melayani? Males ah.. Itu adalah tugas mereka orang dewasa.” Atau ada juga yang
berpikiran, “Aku ini masih muda, apa yang bisa aku lakukan dengan segala
keterbatasanku?”
Teman2…
Justru kita (baca: kaum muda)-lah masa depan Gereja. Bila
tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi??
Bukan tunggu nanti sudah tua kita baru mau melayani. Melayani itu tidak
semata-mata berdiri di depan mimbar, menjadi singer, pemain musik, atau hal-hal
lain yang indentik dengan “tampil ke muka umum”. Namun, melayani dalam arti
yang sesungguhnya (paling tidak bagi saya) adalah dimana kita berani menjadi
saksi Kristus lewat tingkah laku kita yang konkrit dengan segala keberadaan
dan kerelaan hati kita. Menurut saya, itu sudah cukup untuk menjadi seorang
pelayan sejati.
Dalam melayani pasti ada saja tantangan dan godaan. Saya pernah mengalaminya.
Suatu hari di malam minggu, saya diberi undangan disco time sweet seventeen dari
teman saya, dengan bintang tamu artis terkenal, tapi di saat yang bersamaan ada
PD kaum muda di Gereja. Tentu saja saya harus memilih. Saya bukan orang muda
yang hebat dan dengan tegas mengatakan, “Yaa pilih Gereja donk. Ngapain ke
sweet?? Tuhan itu di atas segala – galanya.”
Saya pun mengalami yang namanya dilema.
Namun pada akhirnya, saya lebih memilih PD. Bukan karena saya alim atau suci,
tapi karena pada saat itu ada dorongan dari hati saya; yang saya percaya suara
Tuhan, yang membawa saya sampai ke aula Gereja untuk bersama-sama kaum
muda yang lainnya memuji Tuhan. Walaupun baru merintis dan orang yang datang
belum begitu banyak, namun saya merasakan sukacita yang daripada-Nya.
Justru disinilah saya melayani, dengan ikut mendukung PD rintisan ini dan membawa
teman-teman kaum muda yang lain untuk ikut masuk ke hadirat Tuhan.
Tuhan tidak pernah melihat kemampuan atau ketidakmampuan kita. Tidak juga
kehebatan atau kecakapan kita. Yang Ia lihat hanyalah kesediaan kita untuk
menjadi pelayan-Nya yang taat dan setia.
Jangan takut untuk berkarya walau kita masih muda.
“Jangan seorangpunpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang – orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”
(1 Tim. 4:12)
Semoga sharing ini bisa menjadi berkat bagi teman-teman semua.
Saya masih pemula dan masih perlu banyak belajar dalam hal menulis. Oleh karena
itu saya sangat terbuka terhadap kritik dan saran teman-teman sekalian.
No comments:
Post a Comment